Friday, August 15, 2008

Mendiknas: BSE itu Tidak Ada

Dalam sosialisasi kebijakan perbukuan nasional kepada sekitar 500 pejabat dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia di Jakarta, Senin (23/6), Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo mengatakan, 49 judul buku yang bisa diunduh di internet itu hak ciptanya sudah dibeli pemerintah. Karena itu, masyarakat boleh mengunduh dan menggandakannya secara cuma-cuma sepanjang tidak untuk kepentingan komersial. Sedangkan penerbit atau pihak lain yang tertarik memperdagangkannya mesti mengikuti harga eceran tertinggi yang ditentukan pemerintah. (Menyebar Buku Gratis).

Depdiknas berupaya agar akses masyarakat terhadap buku sekolah elektronik meluas dan mengatasi persoalan teknis yang menyebabkan masyarakat sulit mengakses buku-buku tersebut.

”Kami sedang dalam proses upload untuk menaruh materi ke server-server di sejumlah daerah agar server di pusat atau Depdiknas tidak terlalu berat terbebani,” ujar Kepala Pusat Teknologi Komunikasi Depdiknas Lilik Gani.

Sebaiknya, materi suatu BSE bisa diunduh setiap bab. Dengan demikian, siswa tak perlu mengunduh bagian lain yang dianggap tidak penting. Waktu pengunduhan pun akan lebih cepat. (Alamat Download Buku Elektronik).

Setelah BSE ini diupload sekitar 39 judul, mulai banyak komentar yang beredar. Mulai dari sulitnya dalam pengunduhan, tak semua sekolah punya koneksi internet, kalau dicetak jatuhya malah lebih mahal, dsb.

Merasa gerah bahwa programnya lebih banyak dicerca ketimbang dipuji, Pak Menteri - seusai pembukaan Olimpiade Sains Nasional di Makassar, Sabtu ( 9/8 ), seperti yang diberitakan Kompas - bilang bahwa : Buku sekolah elektronik bukan untuk murid melainkan untuk penerbit atau percetakan. Buku itu hanya bisa dibeli di toko, bukan di sekolah atau melalui guru, dengan harga yang telah dipatok oleh pemerintah.

”Program BSE (buku sekolah elektronik) itu tidak ada. Itu hanya nama website Depdiknas yang isinya buku-buku pelajaran yang hak ciptanya sudah dibeli pemerintah. Namun yang terjadi, pemerintah dikonyol-konyolkan karena banyak sekolah yang belum punya listrik tapi pemerintah sudah buat program BSE. Sekali lagi saya tegaskan, BSE itu program buku murah. Maksud utama pembuatan website itu bukan untuk murid, tapi perusahaan agar mencetak dan menjual buku dengan harga sepertiga dari harga buku teks di pasaran,” katanya.

Menurut dia, saat ini sudah ada perusahaan yang hendak mencetak BSE dengan harga jual seperti ditetapkan pemerintah. Harga yang ditetapkan pemerintah diperhitungkan tetap mampu memberi keuntungan bagi perusahaan yang bersedia mencetaknya. Harga itu mencakup biaya produksi, biaya distribusi, dan margin keuntungan 15 persen.(BSE Bukan Untuk Murid)

Sementara ada penerbit BARU AKAN MENCETAK, pelajaran sekolah sudah berjalan barang sebulan. Bagaimana pula ini? Buat apa pakai sosialisasi segala kalau memang BSE ini hanya untuk penerbit ???!!!!.........

No comments:


Soegeng Rawoeh

Mudah-mudahan apa yang tertuang dalam blog ini ada guna dan manfaatnya.