Monday, June 23, 2008

EURO 2008 & Nasionalisme

Guus Hiddink bak Raja Midas, yang mana setiap yang disentuhnya akan berubah menjadi emas. Betapa tidak, Tim Oranye Belanda yang memperoleh point penuh (9) dan sekalgus menjadi juara Grup dikandaskan oleh Rusia dengan angka telak 3 – 1.

Dengan kejeniusannya Guus Hiddink memanfaatkan kelebihan The Red Army Rusia dari sisi, disiplin dan kecepatan. Sehingga tim besutan Basten menjadi tidak berkutik dibuatnya.

Bagi Belanda ia mungkin dikutuk si pengkhianat. Demikian tulis Surya Online. Namun bagi Rusia, yang menunggu waktu 20 tahun untuk bisa menembus semi final EURO 2008, jelas ia adalah seorang pahlawan. Bahkan ia kini disebut Tsar Hiddink, sebuah jabatan ningrat terhormat Rusia tempo doeloe. Bahkan Presiden rusia Dmitri Medvedev akan memberi kewarganegaraan Rusia kepada Hiddink. “Dia tidak perlu pulang, kami bisa menjadikannya warga Rusia.”

Layakkah ia dicap sebagai pengkhianat?

Saya pikir tidak. Karena apa yang dilakukan si Guus itu adalah suatu profesionalitas dalam bekerja. Betapa tidak. Bukti keprofesionalisasian dia nampak pada saat World Cup 2002, membawa Korea Selatan hingga ke semi final atau sebelumnya membawa Belanda ke semi final Word Cup 1998 di Perancis. Kemudian membawa Australia menapaki Putaran Kedua pada Word Cup 2006 di Portugal.

Justu ia akan tampak sebagai tidak professional manakala harus meminta Rusia untuk mengalah kepada Belanda, demi menampakkan rasa nasionalisme dia.

Akankah ia mau melatih tim Indonesia, agar bisa menikmati aroma Piala Dunia 2014, atau 2018, atau 2022?

-------

Gambar Guss Hiddink naik kuda diambil dari sini.

No comments:


Soegeng Rawoeh

Mudah-mudahan apa yang tertuang dalam blog ini ada guna dan manfaatnya.