Wednesday, April 2, 2008

Kisah 2 Anak Nakal: 1 Nyabu 1 Nyolong Dollar

kisah_2_anak_nakal.jpgAda dua berita yang menarik yang saya baca di SuryaOnline sore ini. Yang satu kisah anak pesantren nyabu dan dan satunya kisah anak "the 10.000 dollars child".

Adalah Iwan Fathkur Rachman, 32, seorang santri (baru 6 bulan) yang maunya masuk pondok pesantren di Cerme, Kabupaten Gresik, adalah untuk bertobat dari kecanduan narkoba. Namun nampaknya, mungkin karena pihak pengedarnya yang juga temannya tetap berhubungan dengannya.

Berdasarkan pengungkapan kasus oleh Direktorat Reserse Narkoba (Ditreskoba) Polda Jatim, Selasa (1/4) kemarin, diketahui bahwa seorang santri sebuah pondok pesantren (ponpes) di Cerme, Kabupaten Gresik, tersangkut narkoba jenis shabu-shabu (SS). Yang memprihatinkan, dalam pengeledahan oleh Satuan I Ditreskoba Polda Jatim, dalam lemari di kamar santri di ponpes tersebut ditemukan seperangkat alat isap SS. Karenanya, santri bernama Iwan Fathkur Rachman, 32, itu tak berkutik saat digelandang ke kantor polisi.

Coki menjelaskan, Iwan ditangkap berdasarkan pengakuan Gatot, 29, warga Jagalan Lor, Mojokerto, yang lebih dahulu dibekuk polisi. Iwan sendiri adalah warga Gedongan, Magersari, Kota Mojokerto. Dari tangan Gatot disita 0,4 gram sisa SS yang telah diisapnya.

Sementara itu, di tempat lain, di Kota Depok, Jawa Barat, Siswa SD yang kabur berbekal 10.000 dolar AS (sekitar Rp 92 juta), sejak 27 Maret 2008. Ketika pulang kembali ke rumah (tanggal 1 April) pagi kemarin, uang itu tinggal Rp 500.000.

Seperti diberitakan Surya, Selasa (1/4), Fian minggat dari rumah orangtuanya setelah dihukum ibunya karena tak mengerjakan PR sekolah. Dia tak boleh tidur di kamarnya tapi di sofa di kamar tengah.

Sejak kabur pada 27 Maret pukul 22.00 WIB itu, bocah kelas IV SD itu menghabiskan rata-rata Rp 17,5 juta per hari. Uang sebanyak itu dihabiskan Fian (panggilan Cifiandi) untuk beli PlayStation 3, MP3, ponsel serta asyik bermain di arena permainan Timezone selain untuk makan dan bayar taksi.

Dalam penuturannya kemarin usai diperiksa polisi, Fian mengatakan dirinya sempat menginap di Hotel Tulip. Namun saat ditanya wartawan di mana alamat Hotel Tulip dan dengan siapa dia menginap, Fian menjawab enteng,”Tanya saja sama setan.”
Dari raut wajahnya, Fian memang tak tampak merasa bersalah atau trauma dengan keputusan minggatnya. Bahkan, ketika ayahnya Ahmad Mugiarto memberikan keterangan di ruang Kapolsek Limo, AKP Supoyo, Fian asyik main game yang dipegangnya.

Bahkan, kaburnya Fian bukan sekali ini saja. Namun, sebelumnya, kalau lagi ngambek dengan orangtuanya, Fian hanya pergi sendirian ke rumah tantenya yang masih di Jakarta.

Begitulah kisah ironi sore ini.

Yang satu anak (remaja) berusia 32 tahun, yang satunya lagi, anak SD Kelas IV. Namun yang jelas, ini semua bisa terjadi karena amanah Allah yang diterima oleh orang tuanya, tak bisa dilaksanakan dengan baik.

Mudah-mudahan ini berita bisa menjadi bahan renungan kita.

No comments:


Soegeng Rawoeh

Mudah-mudahan apa yang tertuang dalam blog ini ada guna dan manfaatnya.