Saturday, May 17, 2008

Munir, Adik Kelas Yang Tak Begitu Saya Kenal

Saya tak begitu paham saat ia (Munir Said Thalib) masih menjadi mahasiswa. Soalnya saat itu saya tengah menyelesaikan skripsi saya. Saya juga tidak tahu dia masuk Fakultas Hukum Universitas Brawijaya tahun berapa. Yang jelas, dari beberapa teman, saya dengar dia sering memanfaatkan ruang kafetaria sebgai ruang diskusi yang gayeng dengan teman-temannya.

Saat ia berkibar di KontraS, saya sebagai sesama alumni bangga dan salut atas komitmen dan segala sepak terjangnya.

Bahwa kemudian dia tiba-tiba meninggal saat di Singapura dalam perjalanan menuju ke Amsterdaam, 4 tahun yang lalu, saya cukup kaget juga.

Ternyata cara-cara Orde Baru masih mewarnai Orde Reformasi bin Orde (ter)Baru masih mewarnai dalam hal 'penghilangan' nyawa orang yang dianggap berbahaya.

Upaya hukum telah dilakukan dengan berbagai cara. Namun hingga kini, masih pelaksananya saja yang masuk penjara, yaitu Pollycarpus Budihari Priyanto. Itupun menurut keputusan Mahkamah Agung, Pollycarpus tidak terbukti melakukan pembunuhan berencana. Dalam putusan kasasi yang dibacakan di Jakarta, Mahkamah Agung (MA) hanya menghukum terdakwa Pollycarpus dua tahun penjara karena terbukti menggunakan surat palsu.

Tiba-tiba saja kemarin, di televisi maupun di KOMPAS hari ini, Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutanto, Jumat (16/5), mengatakan bahwa tersangka baru dalam kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia, Munir, adalah oknum dari suatu institusi. Namun, Sutanto belum bersedia mengungkap identitas tersangka ataupun asal institusinya.

Akankah akan terkuak siapa otak pembunuhnya?

No comments:


Soegeng Rawoeh

Mudah-mudahan apa yang tertuang dalam blog ini ada guna dan manfaatnya.