Blue energy adalah tenaga yang dihasilkan dari perbedaan konsentrasi air laut dan air tawar dengan menggunakan reverse electro dialysis (RED). Limbah dari proses ini adalah brackish water.
Teknologi reversed electrodialysis telah terbukti di laboratorium. Seperti halnya dalam penerapan teknologi lain, harga membran yang tidak terjangkau adalah kendalanya. Membran jenis baru dari plastik polyethylene telah dirancang.
Indonesia heboh. Ada penemu energi alternatif bernama Joko Suprapto, berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Awalnya saya bertanya-tanya. Betul apa betul? Media cetak dan media elektronik (tak ketinggalan blogosphere) pun bertebaran soal penemuan yang 'spektakuler' ini.
Blog Dongeng Geologi memuat pendapat pak SBY soal 'banyu geni ini. Menurut Pak SBY , istilah blue energy itu beliau pakai untuk mengkategorikan energi yang masih memancarkan atau mengeluarkan emisi karbon. Sehingga setiap energi yang masih memanfaatkan Carbon Based with Combustion (rantai karbon dengan mesin bakar) akan masuk kategori blue energi.
Sedangkan energi yang tidak mengeluarkan emisi karbon disebut green energi. Misalnya energi gelombang, energi angin, energi matahari, geothermal dll.
Sementara mas Priyadi menulis, antara lain, Hari ini blog saya sempat beberapa kali kewalahan melayani pengunjung. Setelah saya selidiki hal ini disebabkan karena luar biasa banyaknya pengunjung yang mencari dengan kata kunci “blue energy”, mungkin akibat efek pemberitaan di media massa. Pencarian Google Indonesia untuk kata kunci “blue energy” menghasilkan tulisan saya di peringkat pertama. Efek ini ternyata jauh lebih dahsyat daripada Detik Effect yang saya alami tiga tahun yang lalu. Akibatnya, saya sempat menutup akses ke blog ini untuk sementara. Masalah beban berlebih ini baru bisa diatasi setelah saya memasang plugin WP Super Cache.
Akhir tahun yang lalu, lanjut mas Priyadi, Joko Suprapto –warga Nganjuk, Jawa Timur– mengklaim menemukan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, yang sumbernya adalah air laut, dan bisa dijual seharga Rp 3000/liternya. Hasil analisis saya terhadap informasi yang tersedia berkesimpulan bahwa klaim tersebut mustahil untuk direalisasikan. Ironisnya, ‘prestasi’ ini terlanjur dibangga-banggakan di ajang konferensi Internasional tentang perubahan iklim di Bali.
Hari ini Surya Online menampilkan judul tulisan :Djoko 'Blue Energy' Ditagih Rp 1,5 Dikatakan bahwa Universitas Muhammadiyah Jogjakarta yang merasa tertipu oleh proyek pembangkit listrik mandiri “Jodipati” dan proyek pengembangan energi alternatif "Banyugeni" yang digagas Djoko Suprapto, mengancam akan menempuh jalur hukum. Itu jika duit Rp 1,5 miliar telanjur digelontorkan ke pihak Djoko tidak dikembalikan. "Djoko Suprapto telah menandatangani surat kesanggupan akan mengembalikan uang yang telah kami keluarkan. Kami harapkan dia segera menepati janjinya itu," kata kuasa hukum UMY, Mochtar Zuhdi, Senin (16/6).Menurut dia, pihak kampusnya sedang mempelajari kemungkinan menuntut Djoko Suprapto baik secara pidana maupun perdata. "Kami masih berkoordinasi untuk melaporkan dugaan kasus penipuan Djoko Suprapto ke polisi,” katanya................
Kasus dugaan penipuan berkedok inovasi teknologi ini terbongkar setelah PT Mentari Prima Karsa (PT MPK) selaku badan usaha milik kampus UMJ melakukan telaah teknis dan akademis dengan membongkar salah satu alat kelengkapan "Banyugeni" yaitu pembangkit listrik mandiri "Jodipati".
Pembangkit listrik yang katanya mampu menghasilkan daya tiga megawatt itu ternyata hanya berupa kotak berukuran tinggi 60 cm, lebar 60 cm dan panjang 90 cm. Di dalamnya terdapat alat terbuat dari plat border setebal satu milimeter, berisi dua variac, welding cable (kabel las), isolasi putih, tulangan besi galvabis enam milimeter yang tidak layak secara teknis disebut pembangkit listrik.
Berdasarkan telaah teknis dan akademis PT MPK dan Senat UMY disimpulkan bahwa kegiatan pendukung proyek "Banyugeni" berasal dari sumber yang sama dengan pembangkit listrik mandiri "Jodipati" tidak layak diteruskan.
Di saat sedang kalut soal membumbungnya harga minyak di dunia, banyu geni bin blue energi pun menjadi obat bius yang mujarab. Herannya, pak SBY, pak JK, kenapa bisa terkesima semua. Gimana Pak Menristek?
Memang, seperti kata pak JK, yang dikutip okezone.com, "Kalau Joko punya konsep jangan dianggap remeh. Dulu semua penelitian yang ekstrim dianggap gila. Bunyi telepon pertama kali dibilang suara setan. Mungkin kita yang konyol," ujar Wapres Istana Wakil Presiden, Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (30/5/2008).
Lalu, melihat perkembangannya kini, kita ini memang konyol atau para petinggi kita yang konyol?
Kalau David Copperfield (nama asli: David Seth Kotkin), pesulap dan ilusionis yang telah 21 kali memenangkan Penghargaan Emmy, ............. dapat "menghilangkan" Patung Liberty, maka Joko Suprapto dapat 'menghilangkan akal sehat' para petinggi kita. OPO ORA HEBAT.........
No comments:
Post a Comment