Saat meninjau Pusat Perdagangan Batik di Pasar Klewer, Solo, pada hari Minggu tadi (13/04/2008) Menteri Perdangangan Mari Elka Pangestu bilang bahwa produk batik murah ini tidak akan menjadi pesaing serius bagi produk batik Indonesia sebagai negara asal dan produsen batik terbesar di dunia.
Demikian detik.com memberitakan. Padahal, Produsen batik kini kelimpungan dengan membanjirnya produk batik asal luar negeri.
Alasan Mari Pangestu, penjiplak produk seperti Cina tetap akan selalu ketinggalan dalam melakukan inovasi produk karena tidak memiliki kultur, akar perkembangan serta kekayaan desain.
"Kita tidak akan terganggu dengan produk-produk jiplakan seperti itu. Buktinya sepanjang tahun 2007 ekspor batik Jateng mencapai US$ 30 juta atau naik 20 persen. Nilai tersebut merupakan 36,5 persen dari total ekspor batik Indonesia," ujarnya.
Padahal kalau saya mampir ke pasar Klewer, sepulang dari ziarah Wali misalnya, yang dicari adalah batik murah. Dan itu, ternyata, bikinan Cina. Saya yakin hal semacam ini juga menjadi pilihan banyak kalangan yang lain.
Tanpa ada perlindungan yang nyata, bukan tak mungkin batik Made In Indonesia bakal tinggal menjadi sejarah saja.
Karena di zaman yang serba 'sulit' ini orang banyak berpikir praktis, biar murah asal baru. Daripada mahal, tapi lawas.......
No comments:
Post a Comment